Taman Kota Intan Ngabang: Indah Dipandang, Tapi Tanamannya Hidup Segan Mati Tak Mau

LANDAK – Keindahan suatu kota biasanya terpancar dari ruang terbuka hijau dan taman-taman kota yang terawat.
Namun, kesan itu seolah tak tampak di Kota Ngabang, ibukota Kabupaten Landak yang selama ini dijuluki sebagai “Kota Intan”.
Alih-alih menghadirkan kesegaran dan kenyamanan, banyak taman kota di Ngabang justru terlihat kerdil, kosong, dan tak seolah olah terurus.
Beberapa area, seperti bundaran dan dua jalur jalan menuju arah GOR Patih Gumatar Kabupaten Landak dan bundaran tugu Sukarno areal pal 2 ngabang hanya menyisakan tanaman yang kurus serta mati.
Pemandangan ini mengundang sorotan dari masyarakat dan juga tokoh publik setempat.
Klemen Apui, mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Landak, menyampaikan kritik dan masukan terhadap kondisi tersebut. Klemen Apui menilai aspirasi masyarakat kerap diabaikan.
“Kalau cuma lewat omongan, tidak akan didengar. Pemerintah setempat melalui Dinas Lingkungan Hidup harus mulai menanggapi keluhan ini, dan saya juga minta teman-teman dewan yang membidangi urusan ini,” tegas Klemen, Kamis (19/6/2025).
Kritik juga datang dari warga, salah satunya Mori, yang menyebut bahwa taman kota seharusnya dibangun dan dikelola berdasarkan standar teknis yang jelas.
“Taman kota itu bukan hanya pajangan. Harus fungsional, estetis, aman, dan ramah lingkungan, sekarang malah sebaliknya,” ujarnya.
Menurut Mori, keberadaan taman kota sangat penting, bukan hanya untuk mempercantik kota secara visual, tetapi juga memberi manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi.
“Taman itu tempat masyarakat berinteraksi, jadi ruang hijau penghasil oksigen, memperindah kota, bahkan bisa mendongkrak ekonomi lokal seperti mendukung UMKM,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) melalui Ferry Christiannus, pejabat bidang pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Landak, menjelaskan bahwa pihaknya tetap melakukan perawatan rutin setiap hari.
Namun, berbagai kendala terus dihadapi, mulai dari pencurian tanaman hingga keterbatasan anggaran.
“Tanaman kami sering dicuri dan dirusak. Kami tidak memiliki anggaran khusus, jadi kami menanam bibit hasil semaian sendiri di area yang tersedia,” ujarnya saat ditemui Jumat pagi (20/6/2025).
Ferry juga menjelaskan bahwa jenis tanaman yang digunakan sengaja dipilih rendah, bukan tanaman tinggi, karena area taman berada tepat di bawah jalur kabel listrik.
“Kami tanam bunga rendah agar tidak mengganggu kabel listrik di atas taman. Itu alasan kami tidak menanam pohon tinggi,” jelasnya.
Meski demikian, masyarakat berharap Pemkab Landak bisa lebih serius menata kembali taman-taman kota.
Bukan hanya untuk mempercantik kota, tetapi juga demi kenyamanan, kebanggaan, dan identitas Ngabang sebagai “Kota Intan” yang bersinar, bukan meredup. (Yohanes)