RENUNGAN – Dalam konteks politik, pentingnya memegang janji sangat ditekankan dalam Alkitab. Mengingkari janji, termasuk yang berkaitan dengan posisi politik, dianggap sebagai tindakan yang tidak baik. Yesus mengajarkan bahwa integritas dan kejujuran harus menjadi landasan setiap pernyataan kita, sebagaimana tertulis dalam Matius 5:37: “Tetapi apa yang dikatakan, hendaklah ‘Ya’ jika itu memang ‘Ya,’ dan ‘Tidak’ jika itu memang ‘Tidak.'”
Alkitab juga mengingatkan umat Tuhan bahwa setiap janji yang dibuat mencerminkan integritas dan kesaksian iman. Melanggar janji tidak hanya merusak reputasi sebagai pengikut Kristus, tetapi juga membawa konsekuensi spiritual. Dalam Amsal 20:25, tertulis, “Jebakan bagi seorang manusia adalah berkata dengan tergesa-gesa, ‘Suci!’ dan baru kemudian memikirkan apakah ia dapat memenuhinya.”
Bagi mereka yang merasa terjebak dalam janji yang tidak sesuai dengan nilai-nilai iman, Alkitab mendorong untuk mencari hikmat dan pertobatan melalui doa. Yakobus 1:5 menyatakan, “Jika ada di antara kamu yang kekurangan hikmat, hendaklah ia meminta kepada Tuhan, yang memberi kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkitkan rasa malu.”
Tuhan menekankan bahwa kesetiaan dan komitmen terhadap janji adalah panggilan bagi setiap umat-Nya. Melanggar janji berarti menempatkan diri dalam posisi yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, dan dapat mengakibatkan jarak dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Dengan demikian, memegang janji—baik dalam konteks politik maupun dalam kehidupan sehari-hari—adalah bagian penting dari kehidupan yang mencerminkan ajaran-Nya. Umat Tuhan diharapkan untuk hidup sebagai teladan yang baik, menunjukkan bahwa komitmen dan integritas adalah kunci untuk menjadi terang bagi dunia.**